Karena dua teori yang bertujuan memahami perilaku manusia, mengetahui perbedaan antara konflik dan teori konsensus hanya dapat lebih membantu bagi Anda. Kedua teori ini sangat banyak digunakan dalam ilmu sosial. Kedua teori ini biasanya dibicarakan sebagai oposisi berdasarkan argumen mereka. Teori konsensus menekankan bahwa tatanan sosial adalah melalui norma -norma bersama, dan sistem kepercayaan orang. Para ahli teori ini percaya bahwa masyarakat dan keseimbangannya didasarkan pada konsensus atau kesepakatan orang. Namun, ahli teori konflik memandang masyarakat dengan cara yang berbeda. Mereka percaya bahwa masyarakat dan tatanan sosial didasarkan pada kelompok masyarakat yang kuat dan dominan. Mereka menekankan keberadaan bentrokan dalam kepentingan di antara kelompok -kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Artikel ini berupaya menyoroti perbedaan antara kedua teori ini melalui penyediaan pemahaman yang lebih baik tentang kedua teori tersebut.
Teori konsensus berfokus pada tatanan sosial yang ditopang oleh norma -norma bersama, nilai -nilai dan keyakinan rakyat. Menurut perspektif ini, masyarakat menjunjung tinggi kebutuhan untuk mempertahankan status quo dan jika seseorang bertentangan dengan apa yang diterima dan dibagikan oleh mayoritas orang itu dianggap sebagai menyimpang. Teori konsensus memberi keunggulan bagi budaya sebagai cara mempertahankan konsensus masyarakat. Teori ini menyoroti integrasi nilai -nilai sekelompok orang. Teori konsensus tidak terlalu penting untuk perubahan sosial karena mereka lebih fokus pada mempertahankan masyarakat seperti halnya melalui konsensus. Namun, mereka tidak menolak kemungkinan perubahan sosial. Sebaliknya, mereka percaya perubahan sosial terjadi dalam batas -batas konsensus.
Karl Marx yang memprakarsai pendekatan ini untuk melihat masyarakat melalui ketidaksetaraan dalam masyarakat yang menimbulkan konflik kelas. Menurutnya, ada dua kelas yang sangat menyenangkan, yang kaya dan miskin. Status quo dipertahankan dan didorong sesuai dengan keinginan kelompok dominan atau yang kaya di masyarakat. Para ahli teori konflik juga memperhatikan bagaimana kelompok -kelompok dominan dalam masyarakat mempertahankan kekuatan mereka melalui penggunaan lembaga sosial seperti agama, ekonomi, dll. Mereka percaya bahwa mereka yang berkuasa menggunakan mekanisme represif maupun aparatus negara ideologis untuk mempertahankan tatanan sosial.
Dalam hal ini, teori ini menyoroti konflik kepentingan di antara orang -orang. Teori konflik juga memperhatikan berbagai bentuk ketidaksetaraan yang terjadi dalam masyarakat yang bisa bersifat ekonomi, politik, dan pendidikan. Tidak seperti dalam teori konsensus, teori ini tidak memberikan keunggulan pada norma dan nilai bersama atau konsensus orang. Mereka menyoroti pentingnya perjuangan antara kelas-kelas dan bentrokan yang dimiliki dan orang-orang yang tidak memiliki cara untuk mencapai kesetaraan.
• Teori konsensus menekankan bahwa perlunya norma bersama dan sistem kepercayaan orang untuk mempertahankan tatanan sosial.
• Para ahli teori ini tidak terlalu memperhatikan perubahan sosial dan menganggapnya sebagai proses yang lambat.
• Mereka menekankan integrasi nilai.
• Jika seseorang bertentangan dengan kode perilaku yang diterima, ia dianggap sebagai menyimpang.
• Teori konflik menyoroti bahwa masyarakat dan tatanan sosial dikendalikan oleh kelompok masyarakat yang kuat dan dominan.
• Mereka menekankan adanya bentrokan dalam kepentingan di antara kelompok -kelompok yang berbeda dalam masyarakat.
• Mereka menolak keyakinan konsensus, norma dan nilai bersama.