Positivisme dan konstruktivisme adalah dua sikap filosofis yang sangat berbeda; ada perbedaan antara ide -ide inti di balik setiap filosofi. Keduanya dipandang sebagai epistemologi yang menghadirkan gagasan berbeda tentang apa yang merupakan pengetahuan. Positivisme dapat dipahami sebagai sikap filosofis yang menekankan bahwa pengetahuan harus diperoleh melalui fakta yang dapat diamati dan terukur. Dalam hal ini, ini dianggap sebagai penyelidikan ilmiah yang kaku. Di sisi lain, konstruktivisme menyatakan bahwa kenyataan dibangun secara sosial. Ini menekankan bahwa ini adalah dua filosofi yang berbeda. Melalui artikel ini, mari kita periksa perbedaan antara kedua sikap; positivisme dan konstruktivisme.
Positivisme dapat dipahami sebagai Sikap filosofis yang menekankan bahwa pengetahuan harus diperoleh melalui fakta yang dapat diamati dan terukur. Ini juga disebut sebagai empirisme. Positivis tidak mengandalkan pengalaman subyektif. Dalam pengertian ini, positivisme dapat dipandang sebagai sikap epistemologis di mana informasi sensorik dianggap sebagai pengetahuan sejati.
Hanya ilmu alam seperti fisika, kimia, dan biologi yang dihitung sebagai ilmu sejati menurut positivis. Ini karena mereka percaya bahwa ilmu sosial tidak memiliki data yang dapat diamati dan terukur yang akan memenuhi syarat mereka sebagai ilmu sejati. Berbeda dengan ilmuwan alam, yang mengandalkan benda -benda yang dapat dikendalikan oleh pengaturan laboratorium, ilmuwan sosial harus pergi ke masyarakat yang merupakan laboratoriumnya. Orang -orang, pengalaman hidup, sikap, proses sosial dipelajari oleh para ilmuwan sosial. Ini tidak dapat diamati atau diukur. Karena ini sangat subyektif dan berbeda dari satu orang ke orang lain, positivis menganggap ini tidak relevan.
Misalnya, Auguste Comte percaya bahwa dalam sosiologi, metode positivis harus digunakan untuk memahami perilaku manusia. Dia menyatakan bahwa positivisme tidak boleh terbatas pada ilmu alam tetapi juga harus diterapkan pada ilmu sosial juga. Namun, kemudian ide ini ditolak dengan diperkenalkannya sikap epistemologis lainnya seperti konstruktivisme.
Auguste Comte
Konstruktivisme atau yang lain Konstruktivisme Sosial menyatakan bahwa Realitas dibangun secara sosial. Tidak seperti positivis, yang sangat percaya pada satu kebenaran dan kenyataan, konstruktivisme menunjukkan tidak ada realitas tunggal. Menurut konstruktivis, kenyataannya adalah ciptaan subyektif. Sebagai manusia, kita semua menciptakan pandangan kita tentang dunia. Ini biasanya didasarkan pada persepsi individu kita. Konsep seperti gender, budaya, ras adalah semua konstruksi sosial.
Misalnya, mari kita menguraikan konsep gender. Jenis kelamin berbeda dari seks. Itu tidak merujuk pada perbedaan biologis antara pria dan wanita. Ini adalah konstruksi sosial. Alokasi tugas spesifik untuk perempuan dan harapan perempuan sebagai makhluk yang halus, feminin, dan tergantung adalah konstruksi sosial. Harapan maskulinitas dari laki -laki juga merupakan konstruksi sosial. Dalam pengertian ini, konstruktivisme menunjukkan bahwa kenyataan adalah realitas sosial yang subyektif dan dibangun melalui konsensus. Ini menyoroti bahwa positivisme dan konstruktivisme adalah dua sikap epistemologis yang sangat berbeda.
Jean Piaget - seorang konstruktivis
• Positivisme dapat dipahami sebagai sikap filosofis yang menekankan bahwa pengetahuan harus diperoleh melalui fakta yang dapat diamati dan terukur.
• Konstruktivisme menyatakan bahwa realitas dibangun secara sosial.
• Positivis mengandalkan fakta yang terukur dan dapat diamati.
• Konstruktivisme bergantung pada konstruksi sosial.
• Objektivitas adalah karakteristik utama dari positivisme.
• Konstruktivisme lebih banyak berbatasan dengan subjektivitas karena individu menciptakan persepsi mereka.
• Positivisme lebih cocok untuk ilmu alam.
• Konstruktivisme lebih cocok untuk ilmu sosial.
• Menurut positivis, ada satu realitas.
• Menurut konstruktivisme, tidak ada realitas tunggal.
Gambar milik: Auguste Comte dan Jean Piaget via Wikicommons (domain publik)